Ketika Kyai As'ad Syamsul Arifin nyantri kepada Syaikhona Muhammad Kholil di pesantren Jangkebun Bangkalan, beliau sering berkhidmah dalam melayani dan memenuhi kebutuhan sang guru. Selain Kyai As'ad di kenal karena sebagai santri yang Cedal, secara khusus beliau juga di kenal oleh Syaikhona Muhammad Kholil sebagai putra Raden Ibrahim yang dulu juga pernah nyantri kepada beliau (Syaikhona Muhammad Kholil).
KH.R As'ad Syamsul Arifin |
Raden Ibrahim bisa di katakan sebagai salah satu santri yang memiliki kedekatan dengan Syaikhona Muhammad Kholil. Bahkan kedekatan keduanya banyak melahirkan kisah-kisah karomah yang hingga hari ini terus melegenda di kalangan dunia pesantren.
Suatu hari di tahun 1924, Kyai As'ad di panggil oleh gurunya (Syaikhona Muhammad Kholil). Beliau di minta untuk berangkat ke jombang menemui KH. Hasyim Asy'ari untuk menyampaikan sebilah tongkat kayu musa serta bacaan surah Thaha ayat 17 sampai dengan ayat 21.
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى (١٧) قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى (١٨) قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى (١٩) فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى (٢٠) قَالَ خُذْهَا وَلا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الأولَى (٢١) وَ
“’Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?’ Berkata Musa: ‘Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.’ Allah berfirman: ‘Lemparkanlah ia, hai Musa!’. Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: ‘Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula,’” (Thaha: 17-21).
Maka keesokan harinya Kyai As'ad berangkat menuju pesantren Tebuireng, dengan sejumlah bekal pemberian Syaikhona Muhammad Kholil. Sesampainya di kediaman KH. Hasyim Asy'ari dan mengutarakan maksud serta tujuan kedatangan Kyai As'ad untuk menyampaikan amanah dari Bangkalan sepontan KH. Hasyim Asy'ari berteriak histeris "Kalau begitu, saya jadi membentuk jam'iyah Ulama", serunya (KH. Hasyim Asy'Ari)
Di akhir tahun yang sama, Kyai As'ad kembali di panggil oleh Syaikhona Muhammad kholil Bangkalan untuk melaksanakan tugas yang sama, yaitu sowan ke kediaman KH. Hasyim Asy'ari, namun kali ini Kyai As'ad di minta untuk mengantarkan seutas tasbih dan dua Asma'ul Husna, YA JABBAR dan YA QOHHAR, masing-masing di baca dua kali dalam putaran tasbih yang di genggam tidak terlalu erat, ketika Kyai As'ad menyampaikan pesan-pesan Syaikhona Muhammad Kholil untuk yang kedua kalinya tersebut, KH. Hasyim Asy'ari tampak haru dan menitikan air mata, seraya berkata "SIAPA YANG BERANI PADA JAM'IYYAH ULAMA AKAN HANCUR".
Peristiwa ini terjadi setahun sebelum kepergian Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan yang wafat pada tahun 1925, setahun kemudian tepatnya pada tanggal 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H. Secara resmi berdiri jam'iyah Ulama yang bernama NAHDLATUL ULAMA (Kebangkitan Ulama), di kediaman KH. Wahab Chasbullah Surabaya, sebagai Organisasi Kemasyarakatan Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah yang di motori oleh sejumlah Ulama-ulama Nusantara.
Buku karangan KH.R. ACH AZAIM IBRAHIMY "REAKTUALISASI Khittah An-Nahdliyyah"
Editor : Aly M
Di tulis ulang Rabu 16 Pebruari 2021 oleh Diding kadir.
0 Komentar