KH.R. AS'AD SYAMSUL ARIFIN SANG KESATRIA KUDA PUTIH

   K.H.R. As’ad Syamsul Arifin terkenal sebagai ulama kharismatik pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo - Situbondo. Selain itu Kyai As’ad adalah pejuang kemerdekaan. Perjuangan dahsyatnya yang terkenal dan beberapa kali dinapak tilasi salah satunya oleh Gus Dur, adalah gerilya perjuangan merebut gudang mesiu milik Belanda di daerah Dabasah, Bondowoso.

Gambar Ilustrasi K.H.R. As’ad Syamsul Arifin ketika menunggang kuda putih.


     Perjuangan ini berawal ketika Gubernur Jenderal Belanda Dr. H. J. Van Mook mengumumkan bahwa Perjanjian Linggarjati sudah tidak berlaku dan ini awal dari Agresi Militer Belanda I di Indonesia pada 16 Juli tahun 1947,  Operasi ini oleh Belanda disebut Operatie Produc. 


    Di Jawa Timur Belanda mendaratkan tentaranya di Pasir Putih Situbondo dan Teluk Meneng di Banyuwangi, Belanda membawa banyak pasukan dari Divisi A marinir yang dipimpin Jenderal Mayor De Bruyne dan pasukan darat Brigadir X yang dipimpin Letkol Van Der Meulen. Selain itu mereka dibantu KNIL, pasukan bayaran Gurkha bersenjata lengkap, tank, dan pesawat untuk merebut kembali Jawa Timur.


    Kiai As’ad tidak bisa membiarkan Belanda berjaya lagi di bumi pertiwi. Seperti pada tahun 1945 bulan November, Kiai As’ad dan pasukan Hizbullah dan Sabilillah menyambut seruan resolusi jihad Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari ke Surabaya. Pada tahun 1947 Kiai As’ad pun tidak berpangku tangan atas pengkhianatan Belanda atas perjanjian Linggarjati. Kiai As’ad bersama Pelopor membuat strategi untuk mengalahkan Belanda, yaitu dengan cara mengambil alih gudang mesiu milik mereka.


    Pada saat itu Kiai As’ad berusia lima puluhan tahun. Pelopor sebenarnya tidak menginginkan Kiai As’ad untuk ikut berjuang ke Bondowoso, tetapi Kiai As’ad masih mampu untuk berjuang. Mereka menempuh jarak yang cukup jauh, karena perjuangan melalui cara gerilya. Melewati hutan rimba yang masih jarang orang lewati dan gunung dengan jurang yang terjal. Hingga, perjuangan pun usai dengan akhir Kiai As’ad dan barisan Pelopor menguasai gudang mesiu Belanda.


   Pelopor awalnya adalah para bajingan yang biasa melakukan judi, pencurian dan kemaksiatan lainnya. Tetapi, karena kharismatik dan cara bergaul Kiai As’ad yang terkesan nyentrik, para bajingan tersebut taubat dan turut menjadi pejuang membela negara.


Di angkat dari novel KESATRIA KUDA PUTIH karya Ahmad Sufiatur Rahman.



Posting Komentar

0 Komentar